Pages

Ads 468x60px

Minggu, 30 Oktober 2011

Ibuku dan Mamaku


Setiap orang pasti menginginkan keadilan di hidupnya. Keadilan pun adalah hak bagi setiap manusia. Keadilan adalah HAM dari lahir. Tapi kenapa di jaman yang katanya orang jaman modern, jaman globalisasi, dan bukan jaman jahiliyah lagi. Namun terlihat jelas keadilan yang sedikit demi sedikit mulai luntur. Keadilan yang katanya merupakan HAM sejak lahir, tidak dapat dilihat dari sebagian kecil masyarakat Indonesia. Ironis ketika melihat seorang ibu menggugurkan janinnya, menelantarkan bayinya, membuang bayinya ke tempat yang tidak layak, menjual bayinya dan yang lebih mengenaskan lagi,  seorang ibu yang membunuh darah dagingnya sendiri demi kepentingan pribadi. Apakah mereka tidak menyadari, dan melihat sepasang mata yang bersinar dari mata bayi mereka? Apakah mereka tidak merasakan jantung bayi mereka berdetak? Apakah mereka tidak mendengar suara tangisan bayi itu? Sadarlah sepasang mata itu ingin melihat seperti apa sosok kedua orang tuanya. Jantung itu berdetak karna cinta kasih dari Tuhan untuk orang tuanya. Suara tangis itu terpecah karena tidak ingin jauh dari orang tuanya.  Seharusnya mereka sadar!
Beruntung aku masih diberikan kesempatan oleh ALLAH swt untuk dapat menghirup segarnya udara dunia, melihat indahnya dunia. Aku terlahir dari keluarga yang bisa dikatakan kurang mampu. Perekonomian keluarga kami begitu sulit. kedua orang tuaku memberi makan 2 anak saja sudah angot-angotan, apalagi bila tambah 1 anak.
Ketika aku masih berada di dalam kandungan ibuku, ternyata ibuku tidak menginginkan ini. Sebelum aku dilahirkan ke dunia, ibuku telah menawarkan aku yang masih didalam kandungannya kepada teman-temannya, dan sanak saudara. Salah satu saudaraku berkata : “kalau anakmu yang lahir itu cewek aku mau.” . sebut saja namanya tante Ati, saudaraku ini memang menginginkan anak perempuan sejak dulu, namun sepertinya ALLAH berkata lain. Ia memiliki 3 anak dan mereka lelaki semua.
Hingga saat aku lahir didunia. Ibuku mungkin lebih tidak menyukai ini lebih dari saat ia mengetahui bahwa ia mengandungku. Ya.. aku terlahir menjadi bayi laki-laki. Musnah harapan ibuku untuk menyerahkan aku kepada saudaraku. Akhirnya ibuku pun harus merawatku.  Aku tak tau apakah ibuku merawat aku dengan sepenuh hatinya atau tidak. Jarang sekali ku dapat merasakan dan mendapat asi. Mungkin asi ibuku tidak dapat keluar banyak, karena ibuku jarang mengkonsumsi  makanan yang bergizi. Ya karena perekonomian kami yang sangat buruk.
Aku tak tahu apakah ibuku merawat aku dengan baik atau tidak. Yang ku tahu jarang sekali tetangga-tetanggaku menggendongku atau menciumku. Seperti layaknya bayi yang baru lahir. Biasanya mereka akan berkata “lucu banget bayinya.” Tapi aku tak merasakan itu. Apa karna aku tak wangi seperti layaknya bayi yang katanya masih bau surga. Kenapa?? Mungkin karna aku dekil. Tidak seperti layaknya bayi yang bersih karna ibu yang rajin untuk memandikannya. Ya! Aku tidak wangi dan bersih, aku dekil. Bahkan bisa dibilang aku adalah bayi yang tak terawat.
Bersambung….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar